Senin, 30 April 2012

HADITS MAUDHU’



A.    Pengertian Hadits Maudhu’
Kata Maudhu’ berasal dari kata وضع يضع وضعا فهو موضوع  yang berarti diletakkan, dibiarkan, digugurkan, ditinggalkan, atau dibuat-buat. Akan tetapi yang palin mengena aalah definisi yang terakhir, yakni dibuat-buat. Sesangkan menurut istilah, Hadits Maudhu’ ialah:
Hadits yang dibuat-buat oleh seorang perawi baik secara sengaja maupun tidak yang disandarkan pada Rasul secara palsu dan dusta.
Jadi, hadits maudhu’ adalah hadits bohong atau palsu dan bukan dari Rasulullah, tetapi dibuat-buat oleh perawi dengan disandarkan pada Rasul. Sebagian Ulama’ memasukkan hadits ini dalam pembahasan hadits dhaif, tetapi ada yang tidak memasukkannya. Karena hadits maudhu’ hanyalah bualan belaka dan bukan hadits.
Menurut pendapat dari kalangan ulama’ yang bersepakat, hukum membuat hadits maudhu’ adalah haram mutlak, karena membuat hadits maudhu’ sama dengan mendustakan perkataan Rasulullah. Jadi, berarti ia berdusta atas nama Rasulullah. Padahal menurut hadits Rasulullah yang mutawattir telah disebutkan bahwa:
“Barang siapa yang mendustakanku dengan sengaja, maka hendak bersiap-siaplah tempat tinggalnya di dalam neraka”.

B.     Kemunculan Hadits Maudhu’ dan Perkembangannya
Ulama’ berbeda pendapat tentang awal munculnya hadits maudhu’. Ada yang menyebutkan bahwa hadits maudhu’ telah ada sejak zaman Nabi sehingga muncullah hadits Nabi berbunyi: “Barang siapa yang mendustakan aku dengan sengaja, maka hendaklah bersiap-siap tinggal di neraka”. Akan tetapi, pendapat yang lebih masyhur tentang munculnya hadits maudhu’ ialah setelah terjadinya konflik anta relit politik dan antara dua pendukung Ali dan Umayyah.
Pada masa itu Umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok, yaitu Syiah, Khawarij dan sunni atau jumhur ulama’. Masing-masing kelompok mengklaim bahwa kelompoknya lah yang paling benar sesuai ijtihad mereka tentunya. Masing-masing ingin mempertahankan kelompoknya dan mencari simpait masyarakat yang lebih besar dengan mencari dalil dari alqur’an dan hadits Rasulullah. Jika tidak mendapatkan ayat atau hadits yang mendukung kelompoknya, mereka mencoba mena’wilkan dan member interpretasi yang terkadang tidak layak. Ketika mereka tidak menemukan ayat alqur’an atau hadits yang menyokong kebenaran kelompoknya, maka mereka membuat sendiri hadits untuk mendukung kelompoknya, hadits ini disebut hadits maudhu’ atau hadits palsu buatan para pendusta ang disandarkan pada Rasulullah. Maka pada masa ini tercatat sebagai masa awal terjadinya hadits maudlu yang lebih disebabkan oleh kepentingan politik atau kelompok. Namun yang perlu diketahui, pada masa ini sedikit sekali hadits maudhu’ karena fakor penyebabnya tidak banyak. Mayoritas faktor penyebab munculnya hadits maudhu’ adalah karena tersebarnya bid’ah dan fitnah. Sementara para sahabat justru menjauhkan diri dari itu. Mereka sangat mecintai Rasulullah. Secara logika tidak mungkin mereka berdusta kepada Rasul dengan membuat hadits maudhu’.
Demikian juga yang terjadi pada masa tabi’in sebagai orang-orang yang mendengar langsung dari oara sahabat, tidak mungkin kiranya mereka membuat-buat hadits atau memalsukan perkataan Rasul. Maka, hadits maudhu’ hanya ditimbulkan oleh sebagian kelompok orang-orang bodoh yang hanya mementingkan hawa nafsunya sendiri untuk menghalalkan segala cara.

C.    Faktor-faktor yang Mendorong Timbulnya Hadits Maudhu’ dan Contoh-contohnya
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya hadits Maudhu’, diantaranya:
1.      Faktor Politik
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa faktor politik atau mempertahankan partai kelaompok yang dimilikinya. Seperti yang terjadi pada kelompok Syi’ah yang memalsukan hadits tentang menetapkan wasiat Nabi bahwa Ali lah yang paling berhak menjadi khalifah setelah Nabidan menjatuhkan lawan-lawan politik seperti Abu Bakar, Umar dan lain-lain. Misalnya:
وصيى و موضع سرى و خليفتى فى أهلى و خير من أخلف بعدى على
Wasiatku, tepat rahasiaku, khalifaku pada keluargaku, dan sebaik orang yang menjadi khalifah setelahku yaitu Ali.

Lalu dibalas oleh sekte sunni dangan hadits yang dimaudhu’kan kepada Abdullah bin Aufa berkata: Aku melihat Nabi duduk bersandar pada Ali kemudian Abu Bakar dan Umar datang, maka Nabi bersabda: “hai Abu Hasan! Cintai mereka, maka dengan mencintai mereka engkau masuk surga”.

Sedangkan sekte yang ketiga, yakni Khawarij lebih bersih dari pemalsuan hadits. Mereka berpendapat bahwa berbohong adalah termasuk dosa besar dan pelaku dosa besar adalah kafir. Oleh karena itu, merakalah yang lebih bersih dari pemalsuan hadits.

2.      Dendam musuh Islam
Setelah Islam meruntuhkan dua negara super power yakni kerajaan Romawi dan Persia sehingga tersebarlah Islam ke seluruh penjuru dunia. Oleh sebab itulah para musuh-musuh Islam ingin menghancurkan Islam dengan menyebarkan hadits-hadits palsu untuk menyesatkan umat Islam. Seperti salah satu hadits audhu’ yang mereka sebarkan:
“Bahwa segolongan yahudi datang kepada Rasulullah dan bertanya: Siapakah yang memikul arsy? Nabi menjawab: yang memikulnya adalah singa-singa dengan tanduknya seangkan bimasakti di langit keringat meraka. Mereka menjawab: kami bersaksi bahwa Engkau utusan Allah”.

Para ulama’ bersaksi bahwa hadits ini adalah dusta. Salah satunya Abu Al-Qasim Al-Balkhi berkata: “dei Allah ini adalah dusta. Umat Islam telah ijma’ bahwa yang memikul arsy adalah para malaikat”. Dalam suatu keterangan telah disebutkan bahwa hadits maudhu’ yang dibuat oleh orang zindik mencapai 14.000. bahkan salah satu pembuat hadits palsu telah mengaku bahwa ia membuat hadits palsu sebanyak 4.000 hadits. Ia dibunuh pada masa khalifah Abbasiyah.

3.      Fanatisme kabilah, negeri atau pimpinan
Pada masa daulah Umayyah, fanatisme kabilah sangatlah marak terjadi. Seperti orang Arab, sehingga orang-orang non aab merasa tersisihkan. Oleh karena itu mereka membuat hadits palsu untuk memantapkan posisinya. Contohnya orang seperti hadits buatan bangsa Persia:
“Sesungguhnya bahasa makhluk di sekitar arasy adalah bahasa persia”.
Dan diabalas oleh bangsa Arab:
“Bahasa yang paling dimurkai Allah adalah bahasa Persia, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab”.

4.      Qashahsh (tukang cerita)
Qashash (tukang cerita) sangat populer pada tahun 3 H. Tukang cerita biasanya duduk di masjid-masjid dan jalan-jalan. Tujuannya agar mendapatkan banyak uang dengan menarik perhatian penggemar dan pendengarnya menggunakan hadits-hadits palsu. Mereka adalah kaum zindik yang berpura-pura menjadi orang alim. Tetapi pada masa khalifah Abbasiyah Al-Mu’tashim mereka dilarang berkeliaran.
Contoh cerita yang mereka karang seperti pada suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal dan Yahya bin Ma’in shalat di masjid Ar-Rashafah kemudian melihat seseorang yang menceritakan hadits yang diperoleh dari mereka (tetapi tukang cerita ini tidank mengenal mereka) dari Abd Razzaq dari Ma’mar dari Qathadah, Rasulullah bersabda:
“Barang siapa yang membaca ‘Tiada Tuhan selain Allah’ maka Allah menciptakan dari setiap kata seekor burung yang paruhya dari emas dan paruhnya dari marjan”.

5.      Menjilat penguasa
Diantata mereka ada yang ingin mendekati penguasa dengan cara membuat haddits palsu yang sesuai dengan apa yang dilakukannya untuk mencari lagalitas, bahwa ungkapan tersebut adalah hadits Rasulullah. Misalnya seperti Ghiyats bin Ibrahim ketika masuk ke istana Al-Mahdi yang sedang bermain burung merpati. Ghiyats berkata Rasulullah bersabda:
“Tidak ada perlombaan kecuali pada anak panah atau unta atau kuda atau burung”.
Ketika mendengar hadits tersebut, Al-Mahdi membaeri hadiah 1.000 dinar pada Ghiyats. Padahal pada hadits Rasul tidak ada kata “burung”. Akan tetapi ia menambahkannya karena Al-Mahdi sedang bermain burung.

6.      Perbedaan dalam madzhab
Masalah khilafiyah baik dalam fiqih atau teologi juga mendorong terbuatnya hadits maudhu’ yang dilakukan oleh sebagian madzhab yang fanatik dalam madzhabnya. Misalnya hadit maudhu’ berikut:
“ Barang siapa yang mengangkat kedua tangannya dalam ruku’, maka tidak sah shalatnya”.
Sebetulnya, permasalahan ini menjadi perselisihan dikalangan madzhab fiqih. Namun, pemalsu hadits ingin madzhabnya lah yang paling diterima, oleh sebab itu ia memalsukan hadits tentang ruku’ tersebut.

D.    Para Pendusta dan Kitab-kitab yang Membukukan Hadits Maudlu

Para pendusta atau para pembuat hadits maudhu’ setelah diteliti oleh ulama’ diantaranya:
ü  Aban bin Ja’far Al-Numaiki: 300 hadits, disandarkan pada Abu Hanifah
ü  Ibrahim bin Zaid Al-Aslami, disandarkan pada Malik
ü  Ahmad bin Abdullah Al-Juwaini: beribu-ribu hadits kepentingan kelompok Al-Karramiyah
ü  Jabir bin Zaid Al-Ju’afi: 30.000 hadits
ü  Nuh bin Abu Maryam: tentang fadhail surah-surah dalam Al-qur’an
ü  Muhammad bin Syuja’ Al-Wasithi, Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Muqatil bin Sulaiman, Muhammad bin Sa’id Al-Mashlub, Al- Waqidi dan Ibnu Abu Yahya.
Kitab-kitab yang memuat hadits-hadits madhu’:
Ø  Tadzkirah Al-Maudhu’at, karya Abu fadhal Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi (448-507). Kitab ini menyebutkan hadits secara alphabet dan disebutkan nama perawi yang dinilai cacat.
Ø  Al-Maudhu’at Al-Kubra, karya Abu Al-Faraj Abdurrahman Al-Jauzi (508-597) 4 jilid
Ø  Al-La’ali Al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah, karya Jalaluddin As-Shuyuthi (849-911)
Ø  Al-Baits ‘ala Al-Khalash min Hawadits Al-Qashas, karya Zainuddin Abdurraim Al-Iraqi (725-806)
Ø  Al-Fawaid Al-Majmu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah, karya Al-qadhi Abu Abdullah Muhammad bin Ali Asy-Syaukani (1173-1255)

E.     Tanda-tanda Hadits Maudhu’

Tanda-tanda hadits Maudhu’ pada sanad:
§  Pengakuan pembuatnya sendiri
§  Adanya bukti menempati pembuktian
§  Adanya bukti pada keadaan perawi
§  Kedustaan perawi
Tanda-tanda hadits maudhu’ pada matan
v  Lemah susunan lafal dan maknanya
v  Rusaknya makna
v  Menyalahi teks Alqur’an dan atau hadits mutawatir
v  Menyalahi realita sejarah
v  Hadits sesuai dengan madzhab perawi
v  Mengandung pahala yang berlebihan pada amal yang kecil
v  Sahabat dituduh menyembunyikan hadits

F.     Usaha Para Ulama dalam Memberantas Pemalsuan Hadits

Memelihara sanad hadits
Meningkatkan kesungguhan penelitian
Menjauhi para pendusta hadits
Menerangkan keadaan perawi
Memberikan kaidah-kaidah hadits






Tidak ada komentar:

Posting Komentar