SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS
1.
PERIODE PERTAMA: PERKEMBANGAN HADITS PADA MASA RASULULLAH
SAW
Masa ini disebut masa ‘Ashr al-Wahyi wat Takwin
(masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam). Karena pada masa itu
wahyu sedang turun dan masa pembentukan masyarakat islam dimulai. Pada masa ini
hadits berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi yang berfungsi untuk
menerangkan dan menjelaskan apa yang masih janggal dalam Alqur’an.
Dalam menerima hadits sahabat menerima hadits secara
langsung dan tidak langsung, secara langsung misalnya ketika pengajian atau
ceramah dari Rasul, sedangkan secara tidak langsung misalnya mendengar dari
sahabat-sahabat yang lain atau utusan Nabi. Pada masa ini sahabat masih sedikit
sekali sahabat yang mengetahui baca tulis. Namun tak berarti tidak ada sahabat
yang menulis hadits, diantaranya:
-
Abdullah ibn Amr Ibn Ash, shahifahnya disebut
Ash-Shadiqah
-
Ali Ibn Abi Thalib, penulis hadits tentang hukum diyat,
keluarga dan lain-lain.
-
Anas Ibn Malik
2.
PERIODE KEDUA: PERKEMBANGAN HADITS PADA MASA KHULAFAUR
RASYIDIN
Periode ini disebut dengan ‘Ashr At-Tatsbut wa
Al-Iqlal min Al-Riwayah (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat). Karena
pada masa ini Rasulullah telah wafat dan beliau menitipkan dua pedoman yaitu
Alqur’an dan sunnahnya. Pada masa
khalifah Abu bakar dan Umar, larangan untuk menulis hadits diberlakukan, alasan
Umar agar tidak bercampur baur antara Alqur’an dan hadits.
3.
PERIODE KETIGA: PERKEMBANGAN PADA MASA SAHABAT KECIL DAN
TABI’IN
Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al_riwayah Ila
Al-amshar (masa berkembang dan meluasnya periwayatan hadits). Pada masa ini
daerah islam sudah meluas. Sampai ke negeri Mesir, Irak, Syam, Samarkand,
hingga spanyol. Pada masi ini terkenal dengan masa perluasannya hadits ke
seluruh pnjuru, baik yang mencari maupun yang menyebarkan. Sehingga muncullah
bendaharawan dan lembaga2 hadits di berbagai negeri. Diantaranya adalah: Abu
hurairah (5374/5364 hadits), Abdullah ibn Umar (2630 hadits) ‘Aisyah (2276
hadits), Abdullah Ibn Abbas (1660 hadits), Jabir Ibn ‘Abdullah (1540 hadits),
Abu Sa’id Al_khudri (1170 hadits). Pada periode ini mulai muncul pemalsuan
hadits karena terjadinya perpecahan pada masa khalifah Ali yang kemudian
memecahkan umat Islam menjadi dua golongan yakni khawarij dan syi’ah. Perpecahan itulah yang menyebabkan orang yang
tidak bertanggung jawam membuat hadits-hadits palsu untuk menguatkan
golongannya.
4.
PERIODE KEEMPAT: PERKEMBANGAN HAITS PADA MASA ABAD KE II
DAN III HIJRIYAH
Periode ini disebut ’Ashr al-Kitabah wat Tadwin (masa penulisan dan
pembukuan). Maksudnya, penulisan dan pembukuan secara resmi. Masa pembukuan
secara resmi dimulai pada awal abad ke II, yakni pada masa pemerintahan Umar
bin Abdul ‘Aziz pada tahun 101 hijriyah. Beliau khawatir apabila tidak
membukukan hadits maka ada kemungkinan hadits akan lenyap dari bumi bersamaan
dengan wafatnya para pengahafalnya. Menurut sejarah, pengumpul hadits dari tiap
wilayah adalah:
~ Mekkah, Ibn
Juraij (80-150H)
~ Madinah, Ibn
Ishaq (w. 150 H)
~ Bashrah,
Al-Rabi’ Ibn Shabih (w. 160 H)
~ Kuffah,
Sufyan Al-Tsaury (w. 161)
~ Syam,
Al-Auza’i (w. 95 H)
~ Wasith,
Husyain Al-Washithy (104-188 H)
~ Yaman,
Ma’mar Al-Adzy (95-153 H)
~ Rei, Jarir
ad-Dhabbi (110-188 H)
~ Khurasan,
Ibn Mubarak (110-181 H)
~ Mesir, al-Laits Ibn sa’ad (w. 175 H)
Para Ulama abad kedua ini membukukan hadits tanpa
menyaringnya, mereka tidak hanya membukukan hadis-hadis saja, akan tetapi
fatwa2 sahabatpun juga masuk kedalammnya. Oleh karena itu, dalam kitab2 itu
trdapat hadis marfu’, mauquf, dan hadis2 maqthu’. Berikut kitab2 hadits yang
populer pada Masa ini:
-
Al Muwattha’, Imam Malik (95-179 H)
-
Al-Maghazi wal Siyar, Muhammad Ibn Ishaq (w. 150 H)
-
Al-Jami’, Abd Razzaq as-San’ani (211 H)
-
Al-Mushannaf, Sy’bah Ibn Hajjaj (160 H)
-
Al-Mushannaf,
Sufyan Ibn Uyainah (198 H)
-
Al-Mushannaf, al-laits Ibn sa’ad (175 H)
-
Al-Mushannaf, Al-Auza’i (150 H)
-
Al-Mushannaf, Al-Humaidy (219 H)
-
Al-Maghazin Nabawiyyah, M. Ibn Waqid Al-Aslamy
-
Al-Musnad, Abu Hanifah (150 H)
-
Al-Musnad, Zaid bin Ali
-
Al-Musnad, Al-Imam Asy-Syafi’i (204 H)
-
Mukhtalif Al-Hadits, Al-Imam Asy-Syafi’i (204 H
5.
PERIODE KELIMA: MEN-TASHIHKAN HADITS DAN PENYUSUNAN
KAIDAH-KAIDAHNYA
Abad ketiga hijriyah merupakan puncak usaha pembkuan
hadits, karena pada masa ini semangat para ulama menggebu-gebu untuk mencaci
dan mempelajari hadits hingga berpindah pindah ke wilayah lain dan kemudian
membukukannya. Salah satunya ialah Al-Bukhari, beliau rajin berkelana ke
wilayah2 lain hanya untuk mencari hadits dan mengumpulkan hadits2 yg tersebar
di berbagai daerah itu dan mengumpulkannya sehingga muncullah kitab Shahih
Bukhari yg diselesaikannya dalam waktu enam tahun. Pada mulanya, para ulama
sekedar mengumpulkan saja tanpa memperhatikan syarat2 rawi ataupun shahih
tidaknya hadits. Namun setelah terjadi pemalsuan hadits dan upaya org
zindik untuk memalsukan hadits maka
ulama pun melakukan hal berikut:
-
Membahas keadaan rawi2 dari brbagai segi, baik segi
keadilan, tempat kediaman, masa, dll.
-
Memisahkan hadits shahih dan dha’if, yakni dg
mentashihkan hadits.
Tokoh2 hadits yang lahir pada masa ini ialah: Ali Ibn Madany, Abu Hatim al_Razi, M. Ibn
Jarir At-Thabari, M. Ibn sa’ad, Ishaq ibn Rawaih, Ahmad, Al_bukhari, Muslim,
An-Nasa’i, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Quthaibah ad-Dainuri
dengan kitab-kitab karangannya yang populer.
6.
PERIODE KEENAM: ABAD IV-TAHUN 656 H
Periode ini dinamakan ‘Ashru At-Tahdib wa Al-Istidraqi
wa Al-Jam’i. Yaitu periode masa abbasiyah angkatan kedua. Para ulama pada
abad keempat disebut muta’akhirin. Kebanyakan hadits yg mereka kmpulkan adl
petikan atau nkilan dari kitab2 mutaqaddimin, hanya sedikit yg dikumpulkan dr
usaha sndiri mencari sendiri kpd para penghafalnya. Kitab2 yg muncul pada masa
ini:
-
As-Shahih, Ibn Khuzaimah
-
At-Taqsim wal Anwa’, Ibn Hibban
-
Al-Mustadrak, Al-Hakim
-
As-Shalih, Abu ‘Awanah
-
Al-Muntaqha, Ibn Jarud
-
Al-Mukhtarah, M. Ibn Abd. Wahid Al-Maqdisy
Diantara usaha2 ulama hadits yg terpenting dlm periode
ini adalah:
1.
Mengumpulkan hadits2 Al-Bukhari dan muslim dlm satu
kitab, diantaranya: Al-Jami’ Bain As-Shahihaini karya Isma’il Ibn Ahmad/Ibn
Al-Furat (414 H) dan M. Ibn Nasr Al-Humaidi, Al-Baghawi oleh M. Ibn Haq
Asy-Syabili.
2.
Mengumpulkan kitab hadits dlm kitab enam, diantaranya: Tajridu
As-Shihah oleh Razin Mu’awiyah, Al-Jami’ oleh Abd Haqq In Abd Ar-Rahman
Asy-Syabili/Ibn Kharrat.
3.
Mengumpulkan hadits2 yg terdapat dlm brbgai kitab.
4.
Mengumpulkan hadits2 hukum dan menyusun kitab2 ‘Athraf.
Diantaranya: Muntaqha Al-Akbar oleh M. Ibn Taimiyah, as-Sunanul kubra oleh
Al-Baihaqy dll.
5.
Usaha istikhraj (mengambil suatu hadits dan
meriwayatkannya) dan istidrak (mengumpulkan hadits yg memiliki syarat
bukhari/muslim yg kebetulan tdk diriwayatkan beliau). Contohnya: Mustakhraj
shahih bukhari oleh Hafidh Al-Jurjani dan Al-Mustadrak oleh Dzar Al-Harawy.
7.
PERIODE KETUJUH: 656 H-SEKARANG
Periode ini dinamakan Ahdu As-Sharhi wa Al-Jami’ wa
Al-Tahkrij wa Al-Bahtsi, yaitu masa pensyarahan, penghimpunan, pentajrihan,
dan pembahasan. Masa ini adalah masa sesudah meninggalnya khalifah Abbasiyah
yang ke XVII Al-Mu’tashim. Diantara usaha ulama hadits pada periode ini ialah:
1.
Menerbitka isi2 kitab2 hadits, menyaringanya, dan
menyusun enam kitab takhrij, serta membuat kitab jami’ yg umum.
2.
Menyusun kitab2 zawaid, yaitu usaha mengupulkan hadits yg
terdapat dlm kitab yg sebelumnya dalam satu kitan tetentu, misalnya kitab
zawaid oleh Ibn Majah.
3.
Mengumpulkan hadis2 yg terdapat dlm beberapa kitab
kedalam sebuah kitab tertentu, misalnya: Kitab Jami’ Al-Masanid wa As-Sunan
Al-Hadi li Aqwami Sanan karya Al_hafidh Ibn Katsir.
4.
Menerangkan tempat2 pengambilan hadis dan nilai2nya yg
belum jelas dlm sebuah kitab tertentu, seperti Takhrij Hadits Tafsir
Al-Kasysyaf oleh Az-zailai’i (762 H)
5.
Menyusun kitab2 Athraf, diantaranya Ithaf Al-Maharah
bi Athraf Al-‘Asyrah karya Ibn Hajar Al-asqalani.
Tokoh2 hadis yg terkenal pada masa ini ialah: Adz-Dzahabi,
Al-Asqalany, Ibn Sayyidinas, Ibn daqiq Al-Ied, As-Suyuthi, Az-Zarkasy, Ibn
Katsir, Az-Zaily, Ad-Dimyaty, Abu Zurah dan masih banyak yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar